AdvertisementBerikut adalah cerpen menarik yang saya temukan pada saat saya browsing. Cerpen ini sangat bagus dan lucu. Silahkan Baca selengkapnya cerpen berikut.
"BETUL, Rid, aku mendengar sendiri suara berisik dari balik pohon itu." Beni terus berusaha meyakinkan Ridwan tentang adanya hantu yang menghuni rumah kosong di seberang rumahnya."Ah, mungkin saja itu suara dedaunan ditiup angin," Ridwan terlihat tak percaya. "Lagipula, kau melihat sendiri sosok hantu itu?""Aku tak berani mengintipnya meskipun letak jendela kamarku tepat menghadap ke rumah kosong itu. Tapi aku benar-benar mendengar suara botol beradu dan suara berisik itu setiap malam. Iiiihhh...! Merinding aku...," ucap Beni sambil mengelus kuduknya. "Hahaha...! Zaman sekarang kalian masih percaya hantu?!" Tiba-tiba Surya sudah berdiri di belakang mereka dan menepuk pundak kedua sohibnya itu sambil tertawa. "Ah, kau mengagetkanku saja...," sungut Beni."Makanya jangan membicarakan hantu terus," ledek Surya lagi. "Kau akan menjadi penakut nanti." "Aku tak bohong, Rid, Sur, hantu itu pasti penunggu di pohon beringin tua di rumah kosong itu. Yang lebih aneh, hantu itu sepertinya sangat suka memainkan botol-botol kosong. Semalam saat pulang dari mengaji, aku melihat ada beberapa botol kosong berserakan di bawah pohon beringin itu. Dan tadi pagi, kulihat botol-botol itu hilang tak berbekas."Ridwan dan Surya saling memandang."Hantu botol maksudmu?" tanya Surya.Beni mengangguk."Bagaimana kalau kita menyelidikinya?" usul Ridwan. "Setuju!" Beni menjawab dengan cepat."Aku tak mau ikut!" ucap Surya segera."Kalau begitu kau sungguh tak setia kawan." Beni memandang Surya dengan muka masam. "Atau kau takut?" lanjutnya lagi. "Ah, kata siapa aku takut? Baa...baiklah! Aku ikut!" Akhirnya Surya menyetujui untuk ikut kedua sohibnya itu menyelidiki kebenaran adanya hantu. Mereka sepakat untuk memulai penyelidikan malam ini juga sepulang dari belajar mengaji. ***"IKUT aku!" Beni mengibaskan tangannya memberi isyarat kepada Surya dan Ridwan. Dengan mengendap-endap mereka bersembunyi di balik sebatang pohon besar di samping rumah kosong. "Lihat botol-botol kosong itu! Tadi siang aku sengaja melemparnya ke bawah pohon beringin itu. hantu itu pasti akan segera muncul," bisik Beni lagiSetengah jam berlalu."Ben, mana hantunya?" tanya Ridwan mulai tak percaya. "Iya, nih! Jangan-jangan kau berbohong," Surya menimpali."Sabar, Rid, Sur, aku rasa sebentar lagi pasti muncul," Beni mencoba meyakinkan kedua sohibnya itu. "Aku ingin pulang saja, Ben. Sekarang sudah jam sepuluh. Besok pagi kita harus sekolah, 'kan? Lagipula aku tak tahan dengan gigitan nyamuk-nyamuk ini," sungut Ridwan. "Ya, aku juga sudah mengantuk nih...," ucap Surya.Akhirnya Beni menyerah. "Baiklah teman, mungkin hantunya tak muncul hari ini. Kita lanjutkan saja besok."Setelah saling mengucapkan salam mereka pun berpisah.***KEESOKAN harinya di sekolah."Semalam menjelang jam sebelas, hantu botol itu muncul. Aku mendengar suara botol-botol beradu," ucap Beni kepada Ridwan dan Surya. "Pagi ini kulihat botol kosong yang berserakan telah hilang. Ah, kalau saja semalam kita menunggu sebentar lagi, pasti kita bisa melihat hantu itu muncul." Beni terlihat serius."Ah, itu hanya perasaanmu saja, Ben," sergah Ridwan. "Malam ini aku tak mau menunggu di samping pohon itu lagi," tambah Surya."Besok kan Minggu, Bagaimana kalau malam ini kalian menginap di rumahku saja? Dengan begitu kita bisa menyelidiki kemunculan hantu botol itu," usul Beni lagi. Setelah berpikir sesaat, akhirnya Ridwan dan Surya setuju untuk menginap di rumah Beni.***SEPERTI malam sebelumnya, Beni, Ridwan, dan Surya kembali mengendap-endap dan bersembunyi di balik sebatang pohon besar. Dari sana mereka mengintip ke arah pohon beringin yang berada di halaman rumah yang sudah lama tak berpenghuni itu. Kali ini terdengar oleh mereka suara gemerisik dedaunan dan suara botol beradu. Terlihat juga sosok putih bergerak-gerak di balik pohon beringin. "Ssttt...! Lihat itu!" bisik Beni."Benar! Hantunya muncul!" balas Surya dengan suara pelan. Mereka terus memperhatikan gerak-gerik sosok putih itu dari balik pohon. Plok! Ketiga anak itu kaget seketika oleh tepukan pada pundak mereka."Sedang apa kalian di sini?" Tiba-tiba Kak Meli-kakak sulung Beni-sudah berdiri di belakang mereka. "Iiii...itu haaa...hantu, Kak!" ucap Beni dengan gugup sambil menunjuk ke arah pohon beringin. "Huss! Sembarangan!" Kak Meli segera berjalan menuju ke arah pohon beringin. "Assalamualaikum, Pak Naji...""Waalaikumsalam..." Sosok putih yang dikira hantu tersebut mendongakkan kepalanya. "Wah, rajin sekali, Pak," ucap Kak Meli sambil tersenyum."Iya, Nak. Setiap hari ada saja yang membuang sampah di sini. Jika saya tak membersihkannya setiap malam, tentu sampah di rumah kosong ini akan menumpuk. Lagipula semua botol minuman ini masih bisa didaur ulang," ucap Pak Naji dengan senyum ramah. "Beni, Ridwan, Surya, ayo beri salam!" seru Kak Meli sambil mengibaskan tangannya. Beni, Ridwan, dan Surya saling memandang dan kemudian tersenyum geli. Mereka sungguh merasa malu. Sosok yang dikira hantu botol ternyata adalah sosok Pak Naji, petugas ronda di kampung mereka.
No comments:
Post a Comment